Cara Sembahyang Agama Hindu Secara Umum
MEMBACA AKSARA -- Sembahayang menurut agama Hindu secara umum yang penulis akan uraikan dalam tulisan ini adalah tentang tata cara sembahyang Tri Sandhya. Secara etomologi Tri Sandya berasal dari bahasa Sanskerta dari kata Tri yang artinya tiga dan Sandhya yang artinya behubungan atau sembahyang. Jadi Tri Sandya dapat diartikan sebagai tiga kali sembahyang sehari yakni pagi, siang dan sore.
Cara Sembahyang Agama Hindu
Adapun langkah-langkah yang harus ditempuh saat sembahyang Tri Sandhya adalah sebagai berikut:
1. Membersikan Badan
Langka pertama yang harus anda lakukan adalah membersikan badan jasmani dengan mandi secara bersih, jika tidak memungkinkan adan dapat mencuci muka kaki dan tangan serta berkumur.
2. Pakaian
Langka kedua adalah gunakan pakaian yang sopan, seperti baju sembahyang yang bersih. Pakai udeng, Kamben, Sentang. Jika tidak memungkinkan adan dapat mengguakan pakaian biasa asalkan sopan dan jangan lupa menggunakan sentang.
3. Persiapan
Siapkan Bungan, dupa dan anda kemudian masuk pura.
4. Persiapan Sembahayang
Setelah masuk pura ambil sikap duduk sesuai dengan kenyamanan saudara, bisa ambil sikap sila sana, atau bajrasana. Sesuaikan dengan kondisi anda.
5. Langkah Sembahayang
Setelah sikap duduk anda akan memulai sembahyang dengan cara mengambil sikap
a. Asana (duduk): Posisi tangan diletakkan diatas lutut dengan mudra, Tarik nafas ucapkan Mantra;
“Om Prasada Sthiti Sarira Siva Suci Nirmala Yan amah Svaha”
Terjemahan:
“Om Sanghyang Widhi Wasa, Yang Maha Suci, pemelihara kehidupan, hamba puja Dikau dengan sikap yang tenang”
b. Pranayama
Pertama Tarik nafas secara perlahan melalui hidung (Puraka) ucapkan mantra “Om Ang Namah”
Kemudian Tahan Nafas sesuai kemampuan (Umbaka) ucapkan mantra“Om Ung Namah”
Hembuskan nafas secara perlahan melalui hidung (Recaka) ucapkan mantra“Om Mang Namah”
c. Kara Sodhana (Sarira Suddha)
Caranya letakkan kedua tangan didepan dada dengan posisi tangan kanan di atas tangan kiri dengan mantra
“Om Soddamam Svaha” kemudian lakukan sebaliknya tangan kiri di atas tangan kanan ucapkan mantra “Om ati sodha mam svaha”
Terjemahan:
“Om Sanghyang Widhi Wasa, Sucikalah hamba dari segala dosa”
d. Amustikarana
sikap Mudra tangan tepat di depan jantung
e. Ucapkan mantra Puja Tri Sandhya
Bait Pertama
Om bhùr bhuvah svah
tat savitur varenyam
bhargo devasya dhimahi
dhiyo yo nah pracodayàt
Terjemahanya,
Om Sang Hyang Widhi, kami menyembah kecemerlangan dan kemahamuliaan Sang Hyang Widhi yang menguasai bumi, langit dan sorga, semoga Sang Hyang Widhi menganugrahkan kecerdasan dan semangat pada pikiran kami.
Bait Kedua
Om Nàràyana evedam sarvam
yad bhùtam yac ca bhavyam
niskalanko nirañjano nirvikalpo
niràkhyàtah suddo deva eko
Nàràyano na dvitìyo'sti kascit
Terjemahannya,
Om Sang Hyang Widhi, Nàràyana adalah semua ini apa yang telah ada dan apa yang akan ada, bebas dari noda, bebas dari kotoran, bebas dari perubahan tak dapat digambarkan, sucilah dewa Nàràyana, Ia hanya satu tidak ada yang kedua.
Bait Ketiga
Om tvam sivah tvam mahàdevah
ìsvarah paramesvarah
brahmà visnusca rudrasca
purusah parikìrtitah
Terjemahannya,
Om Sang Hyang Widhi, Engkau disebut Siwa yang menganugrahkan kerahayuan, Mahadewa (dewata tertinggi), Iswara (mahakuasa). Parameswara (sebagai maha raja diraja), Brahma (pencipta alam semesta dan segala isinya), Visnu (pemelihara alam semesta beserta isinya), Rudra (yang sangat menakutkan) dan sebagai Purusa (kesadaran agung)
Bait Keempat
Om pàpo’ham pàpakarmàham
pàpàtmà pàpasambhavah
tràhi màm pundarikàksa
sabàhyàbhyàntarah sucih
Terjemahannya,
Om Sang Hyang Widhi, hamba ini papa, perbuatan hamba papa, diri hamba ini papa, kelahiran hamba papa, lindungilah hamba Hyang Widhi, sucikanlah jiwa dan raga hamba.
Bait Kelima
Om ksamasva màm mahàdeva
sarvapràni hitankara
màm moca sarva pàpebyah
pàlayasva sadà siva
Terjemahannya,
Om Sang Hyang Widhi, ampunilah hamba, Sang Hyang Widhi yang maha agung anugrahkan kesejahteraan kepada semua makhluk. Bebaskanlah hamba dari segala dosa lindungilah hamba Om Sang hyang Widhi.
Bait Keenam
Om ksàntavyah kàyiko dosah
ksàntavyo vàciko mama
ksàntavyo mànaso dosah
tat pramàdàt ksamasva màm
Om Santih, Santih, Santih, Om
Om Sang Hyang Widhi, ampunilah dosa yang dilakukan oleh badan hamba, ampunilah dosa yang keluar melalui kata kata hamba, ampunilah dosa pikiran hamba, ampunilah hamba dari kelalaian hamba.
Om Sang Hyang Widhi anugrahkanlah kedamaian, kedamaian, kedamaian selalu.
Kramaning Sembah
1. Sembah pertama tanpa bunga (sembah puyung) ucapkan mantra
“Om Atma Tattvatma Soddha Mam Svaha”
Terjemahan:
“Om Atma atmanya kenyataan ini, bersihkanlah hamba”
2. Sembah ke dua yaitu Menyembah Sanghyang Widhi Wasa sebagaiSanghyang Aditya dengan sarana bunga ucapkan mantra
“Om Adityasyaparam jyotih Rakta teja namo’stute Svetapangkaja madhyasthah Bhaskarayo namo’stute”
Terjemahan:
“Om Sanghyang Widhi Wasa, sinar Surya Yang Maha Hebat, Engkau bersinar merah, hormat padaMu, Engkau yang beradah ditengah-tengah teratai putih, hormat padaMu pembuat sinar”.
3. Sembah ketiga menyembah Sanghyang WIdhi Wasa sebagai Ista Dewata dengan Sara Kwangen atau Bunga. Ucapkan mantra
“Om namo devaya adhistanaya Sarva vyapi vai sivaya Padmasana eka prathistaya Ardhanaresvarya namah svaha”.
Terjemahan:
“Om Sanghyang Widhi Wasa, hormat kami kepada Dewa yang bersemayam di tempat utama kepada Siwa yang sesungguhnya berada di mana-mana, kepada Dewa yang bersemayam pada tempat duduk bunga teratai sebagai satu tepat, kepada Ardhanaresvarya hamba menghormat”.
4. Sembah ke empat Menyembah Sanghyang Widhi Wasa sebagai pemberih anugerah, dengan sarana kwangen atau bunga ucapkan mantra
“Om nugrahaka manohara, Deva dattanugrahaka, Arcanam sarva pujanam, Namah sarvanugrahaka, Om Deva devi mahasiddhi yajnangga nirmalatmaka, Laksmi siddhisca dirgahayuh Nirvighna sukha vrddhisca”.
Terjemahan:
“Om Sanghyang Widhi Wasa,, engkau yang menarik hati, pemberih anugerah anugerah pemberian Dewa, pujaan dalam semua pujian, hormat padaMu pemberih semua anugerah. Kemahasidian Dewa dan Dewi, berwujud Yajna, pribadi suci, kebahagiaan, kesempurnaan, panjang umur, kegembiraan dan kemajuan”.
5. Sembah ke Lima, Sembah Tanpa Bunga (Sembah Puyung) ucapkan mantra
“ Om Deva Suksme Paramacintya Namag Svaha”
Terjemahan:
“Om Sanghyang Widhi Wasa, hormat pada Dewa yang tak terpikirkan yang maha tinggi, yang maha gaib”.
f. Pemercikan Tirta (metirtha)
Sebelum tirta dipercikkan, ucapkan terlebih dahulu mantra:
“Om Pratama sudha, dvitya sudha, tritya sudha, caturti sudha, pancami sudha, sudha, sudha, sudha variastu namah svaha”
Terjemahan:
“Om Sang Hyang Widhi Wasa, semoga kami dianugerahi kesucian, hormat kepadamu”.
Selain itu juga dapat menggunakan mantra dengan tahap berikut:
* Pemercikan tiga Kali ke ubun-ubun dengan mantra
“Om ang brahma amrtha ya namah, Om ung wisnu amrtha ya namah, Om mang isvara amrtha ya namah”.
Terjemahan:
“Om Sanghyang Widhi Wasa, bergelar, Brahma, Wisnu, Iswara, hamba memujaMu semoga dapat memberi kehidupan (dengan tirta ini)”.
* Minum Tirta Tiga Kali dengan mantra
“Om Sarira paripurna ya namah, om ang ung mang sarira sudha, Pramantya ya namah, Om ung ksama sampurna ya namah”
Terjemahan:
“Om Sanghyang Widhi Wasa, Maha pencipta, pemelihara dan Pelebur segala ciptaan semoga badan hamba terpelihara selalu, bersih terang dan sempurnah”.
Meraup, mengusap Tirtha ke Muka ke arah Atas dengan mantra
“Om Siva Amertha ya namah, om sadha siva amertha ya namah, Om parama siva amertha ya namah”.
Terjemahan:
“Om Sanghyang Widhi Wasa, (Siwa, Sada Siva, Parama Siva) hamba memujamu semoga memberi amertha pada hamba”.
g. Memasang Bija
*Bija untuk di Dahi dengan Mantra
“Om Sriyam Bhavantu (Om Sanghyang Widhi Wasa, semoga kebahagian meliputih hamba)”.
*Bija Untuk di bawah tenggorokan dengan Mantra
“Om Sukham Bhavantu (Oh Sanghyang Widhi Wasa, semoga kesenangan selalu hamba peroleh)”.
*Bija untuk ditelan atau di langit-langit mulut dengan mantra
“Om Purnam Bhavantu, Om Ksama Sampurna ya Namah Svaha (Om Sanghyang Widhi Wasa, semoga kesempurnaan meliputi hamba, Oh Hyang Widhi semoga semuanya bertambah menjadi bertamba sempurna)”.
h. Meninggalkan Tempat Suci
Setelah memasang bija di tiga tempat yakni dahi, tenggorokan dan dalam mulut. Maka saatnya untuk menutup persembahyangan dengan mantra parama santi sebagai berikut:
“Om Santi santi santi Om”
Terjemahan:
“Om Sanghyang Widhi Wasa, semoga damai di hati, damai di dunia dan damai selalu”.
Setelah parama santi anda sudah bisa meninggalkan Pura (tempat Suci). Jangan lupa membawa sisa-sisa Bunga dan dupa lalu buang ke tempat sampah. Demikian panduan sembahyang secara umum di pura semoga bermanfaat.
SARANA PERSEMBAHYANGAN
Pengertian: sarana persembahyangan artinya alat atau perlengkapan yang digunakan untuk sembahyang,meliputi:
1.Sarana pokok:
a. Bunga
b. Kwangen
c. Dupa
d. Tirta
e. Bija
2. Sarana penunjang:
Bokor/nare,sangku,dan alas duduk.
a. Bunga:
Bunga melambangkan kesucian. Bunga yang lazim digunakan sebagai sarana sembahyang diantaranya: kenanga/sandat,bunga kamboja,bunga mawar,bunga pancar galuh,kamboja/jepun,teratai/tunjung,dll.
syarat bunga yang boleh digunakan sembahyang adalah: indah,segar(tidak layu),berbau harum,utuh/tidak dimakan ulat,tidak berisi semut,tidak tumbuh di kuburan,tidak jatuh dengan sendirinya ke tanah.
b. Kwangen:
Kwangen melambangkan perwujudan Ida Sang Hyang Widhi atau melambangkang Ongkara (pranawa/aksara suci Ida Sang Hyang Widhi).
c. Dupa:
Melambangkan Dewa Agni sebagai saksi yang menghantarkan persembahyangan kita ke alam Dewata.
d. Tirta:
Melambangkan pensucian tangan dan mulut juga pikiran.
e. Bija:
Melambangkan benih ke-Siwa-an.
Mantram penggunaan bija:
Dahi: Mantramnya : Om Sriyam Bhawantu
Tenggorokan: Mantramnya : Om Sukham Bhawantu
Ditelan: Mantramnya: Om Purnam Bhawantu
HARI SUCI
Pengertian: Hari suci adalah hari-hari yang disucikan oleh Umat Hindu.
Hari suci Agama Hindu banyak jenisnya, ada hari suci berdasarkan pertemuan Panca Wara dengan Tri wara dan sebagainya. Adapun hari suci Agama Hindu antara lain:
a. Purnama: dilaksanakan setiap 30 hari sekali.
b. Tilem: dilaksanakan setiap 30 hari sekali
c. Galungan: dilaksanakan setiap 210 hari sekali (enam bulan),tepatnya pada hari Rabu Kliwon wuku Dungulan.
d. Kuningan: dilaksanakan setiap 210 hari sekali (enam bulan),tepatnya pada hari Sabtu Kliwon wuku Dungulan.
e. Saraswati: dilaksanakan setiap 210 hari sekali (enam bulan),tepatnya pada hari sabtu Umanis Watugunung.
f. Pagerwesi: dilaksanakan setiap 210 hari sekali (enam bulan),tepatnya pada hari Rabu Kliwon Sinta.
g. Siwalatri: dilaksanakan setiap 1 tahun sekali,pada Purwaning Tilem Sasih Kapitu.
h. Nyepi: dilaksanakan setiap 1 tahun sekali,pada Penanggal Apisan sasih Kedasa
إرسال تعليق