Catur Varna Didalam Profesionalisme Ajaran Hindu
Ajaran Catur Varna ini sesungguhnya merupakan filosofi menurut ajaran Hindu. Namun ajaran yang sangat mulia dan luhur ini dirancukan oleh sejarah masa lampau yang menjungkir balikan ajaran Catur Varna itu menjadi kasta. Hal ini membuat terpuruknya citra Hindu di mata masyarakat luas. Oleh karena itu dalam Pesamuan Agung PHDI, 26-29 Oktober 2002 di Mataram ini, ajaran Catur Varna itu akan dikembalikan pada fungsinya yang semula sesuai perkembangan dan tuntutan masyarakat.
Catur Varna Didalam Profesinalisme Ajaran Hindu
Pada Pesamuan Agung tahun 2000 di Denpasar masalah pengembalian ajaran Catur Varna ini sudah pernah diajukan kepada sabha pandita untuk ditetapkan menjadi bhisama. Usul itu tinggal usul sampai akhirnya datang Maha Sabha VIII, bhisama tersebut tidak disidangkan oleh sabha pandita saat itu. Karena sesuai dengann Anggaran Dasar PHDI yang berhak mengeluarkan bhisama hanyalah sabha pandita. Karena sabha pandita-lah sebagai unsur yang tertinggi dalam susunan kelembagaan PHDI. Hal ini memang sesuai dengan makna kitab suci Manawa Dharmasastra. Pada Pesamuan Agung PHDI di Mataram, ini diajukan lagi rancangan bhisama tentang Catur Varna ini sebagaimana diamanatkan oleh Maha Sabha VIII PHDI 2001 lalu, (Sudirga dan Yoga Segara, 2014:199).
Sabha Pandita Parisada Hindu Dharma Indonesia Pusat pada Pesamuhan Agung Tanggal 29 Oktober 2002. Menetapkan antara lain; Catur Varna adalah ajaran agama Hindu tentang pembagian tugas dan kewajiban masyarakat atas “guna” dan “Kama” dan tidak terkait dengan Kasta atau Wangsa. Bhisama tentang Pengamalan Catur Varna ini sebagai pedoman yang sepatutnya dipatuhi oleh seluruh umat Hindu. Menugaskan kepada Pengurus Harian Parisada Hindu Dharma Indonesia Pusat untuk memasyarakatkan Bhisama Tentang Pengamalan Catur Varna ini, beserta penjelasannya dalam lampiran Bhisama ini kepada scluruh umat Hindu di Indonesia.
Catur Varna dan Profesionalisme
Yang menjadi pertanyaan adalah mengapa dalam Bhagavadgītā dan kitab-kitab Hindu lainnya disebutkan Tuhan hanya menciptakan empat profesi atau Catur Varna padahal kita melihat dewasa ini banyak sekali jenis profesi yang berkembang? Dapatkah semua jenis profesi itu dikelompokkan menjadi empat kelompok profesi? Hal inilah yang perlu dibahas sehingga Catur Varna itu menjadi lebih jelas perannya dalam pembangunan masyarakat.
Catur Varna itu adalah empat profesi yang diciptakan oleh Tuhan. Di dunia ini, yang kekal abadi adalah Tuhan. Semua ciptaannya dapat berubah-ubah atau mengalami penyempurnaan-penyempurnaan sesuai dengan tuntutan zaman.
Menurut ajaran Hindu zaman itu akan berubah-ubah, setiap perubahan membawa ciri-ciri tertentu. “satu hari Brahman” dibagi menjadi empat belas masa, setiap masa dibagi menjadi empat zaman. Ke empat zaman itu adalah: Kertha Yuga, Treta Yuga, Dwapara Yuga, dan Kali Yuga. Ciri-ciri tiap-tiap Yuga ini dijelaskan dalam Manawa Dharmasastra I, 85 dan 86 sebagai berikut:
"Anye krtayuge dharmās
Tretāyām dvāpare pare,
anye kaliyuga nŕnām
yuga hrāsānu rūpatah".
Terjemahan:
"Suatu macam tertentu dari kewajiban-kewajiban yang ditentukan bagi manusia di zaman Kertha, adalah berbeda dengan kewajiban-kewajiban yang ditentukan di zaman Treta, berbeda pula dengan zaman Dwapara dan demikian pula pada zaman Kali, sesuai dengan panjangnya masa semakin berkurang", (Sudirga dan Yoga Segara, 2014:200).
"Tapah param krta yuge
Tretāyām jňānam ucyate
dvāpare yajňam evāhur
dānam ekam kalau yuge".
Terjemahan:
"Pada zaman Kertha Yuga yang menjadi puncak dari kewajiban adalah pelaksanaan tapa, brata, semadhi, dalam zaman Treta pengetahuan suci, pada zaman Dwapara adalah upacara Yadnya, pada zaman Kali yang paling utama adalah dana atau pemberian harta benda".
Pada sloka 81 s/d 83 dalam kitab Manawa Dharmaśāstra, dijelaskan dengan jelas ciri-ciri setiap zaman. Pada zaman Kertha dikatakan Dharma berkaki empat manusia dengan sempurna tanpa cacat, mendapatkan kewajiban tidak ada kecurangan, tidak ada kejahatan. Sedang pada zaman berikutnya Dharma sudah mulai digerogoti secara bertahap sampai pada zaman Kali, dimana kejahatan dan kebohongan merajalela. Pada zaman Kertha, manusia bebas dari berbagai penyakit sehingga dapat berumur sampai empat ratus tahun, setiap zaman umur manusia makin berkurang.
Perbedaan setiap zaman inilah yang menyebabkan perbedaan penekanan profesi atau Varna yang dibutuhkan. Pada zaman Kertha manusia berumur panjang dan penuh dengan kebajikan, maka yang paling utama adalah melakukan tapa, brata dan semadhi. Pada zaman ini profesi atau Varna Brāhmaṇalah yang paling dibutuhkan. Karena Varna Brāhmaṇa yang paling dibutuhkan maka wajarlah secara sosio-logis Varna Brāhmaṇa yang dianggap paling utama. Pada zaman Kerta kesucianlah yang dianggap paling penting.
Pada zaman Treta kesaktian atau kepintaran yang dianggap paling penting. Pada zaman ini orang memuja-muja kemampuan (kesaktian). Zaman Treta profesi Kṣatriya menjadi paling menonjol, karena itu Varna Kṣatriyalah yang dianggap paling utama. Pada zaman Dwapara, Yadnya yang dianggap paling utama. Upacara Yadnya yang besar akan menghabiskan dana yang besar, karena itu Varna Waisyalah yang dianggap paling utama. Pada zaman Kali yang dianggap paling utama adalah pemberian harta benda. Sumber harta benda adalah Varna Waisya dan Śudra, karena itu Varna Waisya dan Śudralah yang dianggap paling menonjol.
Kedudukan utama pada masing-masing Varna yang didapatkan pada setiap zaman hanyalah merupakan pkamungan sosiologis saja. Kalau ditinjau secara filosofis semua Varna adalah penting pada setiap zaman dan pada setiap orang.
Menurut Prof. Dr. I. B. Mantra, Catur Varna secara filosofi ada pada setiap orang. Dalam bercita-cita hendaknya seseorang itu menjadikan dirinya seorang Brāhmaṇa, dalam mengembangkan cita-citanya seseorang hendaknya menjadi seorang Kṣatriya. Dalam hal memelihara kemakmurannya hendaknya ia menjadi seorang Waisya, melayani semua itu hendaknya ia menjadi seorang Śudra. Keempat Varna atau profesi itu unsur-unsur dasarnya ada pada diri setiap orang, (Sudirga dan Yoga Segara, 2014:201).
Idealnya keempat profesi itu dapat ditumbuhkan secara seimbang dan profesional. Pertumbuhan unsur-unsur Varna atau profesi dalam diri setiap orang tidaklah terlalu sama. Ada pada diri seseorang, yang lebih kuat pengaruh dan pertumbuhannya bakat kerohanian, orang ini akan menjadi seorang Brāhmaṇa. Ada yang lebih dominan pertumbuhan bakatnya dalam kepemimpinan, orang ini akan menjadi Varna Kṣatriya.
Demikian pula yang lebih dominan pertumbuhan bakatnya dalam bidang ekonomi, orang inipun akan menjadi seorang Varna Waisya. Sedangkan mereka yang hanya mampu menumbuhkan tenaga fisiknya, diapun akan menjadi Varna Śudra. Yang menjadi persoalan dewasa ini, cukup relevankah hanya empat Varna ini sebagai lkamusan filosofis pembangunan profesi.
Pada dunia modern dewasa ini ada berbagai profesi, dapatkah semua profesi ini dikelompokkan ke dalam empat kelompok profesi atau Varna? Hal inilah yang harus diberikan jawaban yang setepat-tepatnya. Untuk mencari jawaban tersebut, kita berangkat dari tujuan pembangunan pada zaman modern dewasa ini. Pembangunan bertujuan membangun manusia seutuhnya dan seluruhnya. Seutuhnya dimaksudkan membangun manusia dalam segala totalitasnya.
Membangun manusia seluruhnya dalam pengertian tidak ada satupun manusia yang ditinggalkan dalam pembangunan. Konsep pembangunan modern dewasa ini sesungguhnya tidak jauh berbeda dengan konsep pembangunan kualitas manusia menurut pkamungan Hindu. Kalau kita ringkas keberadaan diri manusia itu memang dapat dibagi dua aspek, aspek rohani dan aspek jasmani. Untuk melayani dua aspek besar pembangunan manusia yang bersifat iniversial ini, nampaknya secara mendasar dapat dilayani oleh empat profesi saja.
Pembangunan non-fisik manusia dapat dilaksanakan oleh Varna Brāhmaṇa. Pembangunan fisik material dapat dilaksanakan oleh Varna Waisya. Penataan semua aspek pembangunan atau manajemen pembangunan dapat dilaksanakan oleh Varna Kṣatriya. Pelayanan tenaga fisik pada semua aspek pembangunan dapat dilaksanakan oleh Varna Śudra. Semua profesi di dunia modern ini pada dasarnya dapat dibagi menjadi empat profesi atau Catur Varna itu. Setiap profesi yang penekanannya pada pembangunan spiritual atau non-fisik lainnya dapat digolongkan Varna Brāhmaṇa. Setiap profesi yang penekanannya pada kesejahtraan fisik material dapat digolongkan pada Varna Waisya. Sedangkan profesi yang bertujuan untuk menata atau menekankan pada “managerial skill” dapat digolongkan pada Varna Kṣatriya. Profesi yang menekankan pada pelayanan tenaga fisik dapat digolongkan pada Varna Śudra.
Catur Varna pada dasarnya landasan filosofi untuk mengembangkan profesionalisme dalam rangka mendapatkan peranan dan fungsi dalam pembangunan manusia dan masyarakat. Dalam konsepsi Varna Brāhmaṇa, sebenarnya cukup jelas ruang dan peluang yang disediakan agar profesi keBrāhmaṇaan menjadi berkembang sesuai dengan perkembangan zaman. Fungsi Varna Brāhmaṇa menjaga dan mempelajari Veda dapat dilihat aktualisasinya menjadi penyucian diri dan menyucikan orang lain. Belajar dan mengajar dengan tulus ikhlas demikian bentuk nyata dari pengalaman Varna Brāhmaṇa, (Sudirga dan Yoga Segara, 2014:202).
Mengatur pemerintahan, menata masyarakat, melayani masyarakat adalah bentuk pengamalan Varna Ksatriya. Bergerak dalam bidang distribusi dan produksi barang-barang ekonomi untuk memenuhi kebutuhan konsumen adalah wujud dari pengamalan profesi Varna Waisya. Membantu dengan tenaga fisik adalah pengamalan dari Varna Śudra. Keempat Varna itu akan dapat saling isi mengisi antara satu dengan yang lainnya. Pengelompokan masyarakat ke dalam empat Varna itu akan menumbuhkan hubungan sosial yang saling membutuhkan. Keretakan di antara profesi itu akan dapat merugikan semua pihak, (Sudirga dan Yoga Segara, 2014:203).
Referensi:
Sudirga, Ida Bagus dan Yoga Segara, I Nyoman. 2014. Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Untuk SMA/SMK Kelas X (cetakan ke-1). Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemdikbud
إرسال تعليق