Melasti, dalam lontar Sang Hyang Aji Swamandala disebutkan: 𝘮𝘦𝘭𝘢𝘴𝘵𝘪 𝘯𝘨𝘢𝘳𝘢𝘯𝘪𝘢 𝘯𝘨𝘪𝘳𝘪𝘯𝘨 𝘱𝘳𝘦𝘸𝘢𝘵𝘦𝘬 𝘥𝘦𝘸𝘢𝘵𝘢, 𝘢𝘯𝘨𝘢𝘯𝘺𝘶𝘵𝘢𝘬𝘦𝘯 𝘭𝘢𝘳𝘢𝘯𝘪𝘯𝘨 𝘫𝘢𝘨𝘢𝘵, 𝘱𝘢𝘱𝘢 𝘬𝘭𝘦𝘴𝘢, 𝘭𝘦𝘵𝘶𝘩𝘪𝘯𝘨 𝘣𝘩𝘶𝘸𝘢𝘯𝘢.
Artinya adalah: 𝙢𝙚𝙡𝙖𝙨𝙩𝙞 𝙢𝙚𝙣𝙞𝙣𝙜𝙠𝙖𝙩𝙠𝙖𝙣 𝙗𝙝𝙖𝙠𝙩𝙞 𝙠𝙚𝙥𝙖𝙙𝙖 𝙙𝙚𝙬𝙖𝙩𝙖, 𝙨𝙪𝙥𝙖𝙮𝙖 𝙙𝙞𝙗𝙚𝙧𝙞 𝙠𝙚𝙠𝙪𝙖𝙩𝙖𝙣 𝙪𝙣𝙩𝙪𝙠 𝙢𝙚𝙣𝙜𝙝𝙖𝙣𝙮𝙪𝙩𝙠𝙖𝙣 𝙥𝙚𝙣𝙙𝙚𝙧𝙞𝙩𝙖𝙖𝙣 𝙙𝙪𝙣𝙞𝙖, 𝙢𝙚𝙣𝙜𝙝𝙞𝙡𝙖𝙣𝙜𝙠𝙖𝙣 𝙠𝙚𝙠𝙤𝙩𝙤𝙧𝙖𝙣 𝙙𝙞𝙧𝙞 𝙙𝙖𝙣 𝙖𝙡𝙖𝙢 𝙨𝙚𝙢𝙚𝙨𝙩𝙖.
Sedangkan prosesi melasti seperti yang tersurat dalam lontar Sundarigama adalah 𝘯𝘨𝘢𝘮𝘦𝘵 𝘴𝘢𝘳𝘪𝘯𝘪𝘯𝘨 𝘢𝘮𝘦𝘳𝘵𝘩𝘢 𝘬𝘢𝘮𝘢𝘯𝘥𝘢𝘭𝘶 𝘳𝘪𝘯𝘨 𝘵𝘦𝘭𝘦𝘯𝘨𝘪𝘯𝘨 𝘴𝘦𝘨𝘢𝘳𝘢.
Artinya adalah: 𝙢𝙚𝙣𝙜𝙖𝙢𝙗𝙞𝙡 𝙖𝙢𝙚𝙧𝙩𝙝𝙖 𝙙𝙞 𝙩𝙚𝙣𝙜𝙖𝙝 𝙨𝙖𝙢𝙪𝙙𝙚𝙧𝙖.
Melasti disimbolisasikan dengan berkunjung ke laut serta menyucikan arcā atau pratimā karena Tuhan Sendiri penguasa segala atribut keagamaan dan penguasa kurban suci. Melasti berasal dari kata lasti yang artinya 'menuju air'.
Dalam Mokṣadharma Bab ke 285 dari Śānti Parva (Mahābhārata), Prajāpati Dakṣa berkata kepada Rudra Paramasiwa:
.—'Wahai Engkau yang berwujud Maha-Perkasa, samudra dan langit adalah 2 wujud-Mu. Semua dewa tinggal dalam tubuh-Mu seperti sapi-sapi tinggal di dalam kandang sapi. Di tubuh-Mu hamba melihat Soma (penguasa bulan), dan Agni (penguasa api), Vāruna (penguasa perairan), Āditya (penguasa matahari). Aku juga melihat Viṣṇu, Brahmā, dan Vṛhaspati di dalam tubuh kosmik-Mu. Wahai yang termasyhur, Kau adalah penyebab dari segala sebab dari semua tindakan, dan hanya Kau Sendiri yang ada di alam semesta ini, tidak ada yang lain selain Diri-Mu. Engkau Sendiri adalah pencipta dan pemusnah segalanya.'
إرسال تعليق