Yadnya di Era Modern: Mengutamakan Kualitas, Bukan Kuantitas

 



Di tengah perkembangan zaman yang serba cepat, pelaksanaan yadnya dalam kehidupan masyarakat Hindu sering kali berubah makna. Banyak yang menilai keberhasilan sebuah upacara dari besar kecilnya biaya, banyak sedikitnya banten, atau megah tidaknya prosesi. Fenomena ini menimbulkan kesan bahwa yadnya lebih menekankan kuantitas daripada kualitas.

Padahal, inti dari yadnya tidak pernah ditentukan oleh jumlah materi. Dalam Bhagavad Gītā (IX.26), Śrī Kṛṣṇa menegaskan:
“Patram puṣpam phalam toyam yo me bhaktyā prayacchati, tad aham bhakty-upahṛtam aśnāmi prayatātmanaḥ.”
Artinya: “Apabila seseorang mempersembahkan kepada-Ku dengan penuh bhakti selembar daun, sekuntum bunga, sebiji buah, atau seteguk air, persembahan itu Aku terima dari yang berhati tulus.”

Ayat ini menunjukkan dengan jelas bahwa yang terpenting bukanlah besar atau kecilnya persembahan, melainkan ketulusan hati.

Yadnya Sebagai Jalan Dharma

Dalam tradisi Hindu, yadnya adalah salah satu wujud pelaksanaan dharma untuk menjaga keseimbangan antara manusia dengan Hyang Widhi, sesama manusia, dan alam semesta. Manava Dharmasastra (III.69) menekankan pentingnya yadnya sebagai kewajiban yang menyucikan. Namun kitab ini juga mengingatkan bahwa yadnya dilakukan sesuai dengan kemampuan (yathā-śakti), bukan untuk membebani.

Oleh karena itu, yadnya sejatinya bukanlah ajang pamer kemewahan atau gengsi sosial. Ketika yadnya dijalankan secara berlebihan tanpa melihat kemampuan, esensi suci akan tertutupi oleh ambisi duniawi.

Kembali pada Esensi

Di era modern, ada kecenderungan yadnya dijadikan ukuran status sosial. Hal ini tentu berbahaya, karena menggeser nilai spiritual menjadi sekadar formalitas. Yang terpenting dalam yadnya adalah śraddhā (keyakinan) dan bhakti (pengabdian), bukan kemewahan.

Bhagavad Gītā (XVII.11) juga menegaskan bahwa yadnya yang dilaksanakan sesuai dengan aturan, dengan tulus ikhlas, dan tanpa mengharapkan imbalan, itulah yadnya yang bersifat sāttvika (suci).

Menemukan Jalan Tengah

Masyarakat Hindu di era modern dituntut untuk arif dalam menempatkan yadnya. Pelaksanaan yadnya seharusnya disesuaikan dengan kondisi nyata, sederhana namun penuh makna, agar tidak menjadi beban. Dengan demikian, yadnya akan benar-benar menjadi jalan menuju harmoni, kedamaian, dan kebahagiaan rohani.

Post a Comment

أحدث أقدم