Cara Menanam Dan Merawat Ari-Ari Dalam Hindu

Persiapan Menanam Ari-Ari

Pertama. Carilah kelapa dengan ukuran yang cukup besar, Kupas kulit kelapa dengan dengan bentuk dibelah 3, kemudian tempurung didalam kelapa dibelah secara horizontal dan buang airnya. Di dalam tempurung tersebut diberi ketumbar secukupnya, kemudian masukan ari-ari yang telah dicuci bersih kedalam tempurung tersebut dan diatasnya kembali disi dengan ketumbar dan wewangian atau memiikan lalu ditutup dengan tempurung yang satunya.
Setelah ditutup satukan dengan kulitnya, kemudian diatas tempurung didalam sabut kelapa tersebut diisi Sastra Wreastra ( A, Na, Ca, Ra, Ka, Da, Ta, Sa, Wa, La, Ma, Ga, Ba,Tha, Nga, Pa, Dha Ja, Ya, Nya),
Sastra Dasa Aksara ( Sa, Ba, Ta, A, I, Na, Ma, Si, Wa, Ya), angka dengan aksara bali, kemudian boleh diisi abjad atau angka biasa. Setelah semua terisi cakupkan kulit tersebut dan bungkus dengan ijuk dan terakhir bungkus dengan kain putih dan di ikat dengan benang Tri Datu mengkerucut.
Selanjutnya buatkan lobang ari-ari dengan diameter 40×40 cm atau sesuai dengan ukuran kelapa yang digunakan. Siapkan segehan manca warna dan canang sari serta bunga 5 warna.
Doa membuat lobang ari-ari :
Tepuk tanah 3x,
Ong Hyang Ibu Pertiwi ingsun anggruak pertiwi
Anangiaken Hyang Ibu mangrumaksa raga sarira Sang Catur
Pengawakaning Bayu, Teja, Apah, Pertiwi
Wastu kerumaksa den Hyang Ibu
Pageh kukuh ring gua garban Hyang Ibu
Teke dadi patuh dening Bayu, Teja, Apah, Pertiwi
Tan ketaman dening sarwa satru muah sarwa megawe ala
Om Ang namah


Setelah membuat lobang tebar bunga 5 warna, taruh segehan manca warna dan canang sari di dalam lubang, barulah masukan ari-ari yang telah dibungkus tadi. Timbun ari-ari tersebut dengan tanah agak meninggi atau menggunung kemudian di isi batu dimana posisi batu agak ke Utara bukan diatas ari-ari, diatas ari-ari barulah ditaruh bedak, sisir, cermin kecil, pisau kecil dan Api Linting dari minyak kelapa . Di sisi Barat tanah ari-ari di isi pandan berduri dan sisi Timur di isi pohon kayu mas (puring bali). Tepat di atas batu di taruh tipat taluh 3 dan canang sari, dibawahnya diisi segehan kepel putih 2 kepal.
Setelah semua prosesi selesai barulah doakan kembali dengan doa sebagai berikut.
Doa setelah ari” ditanam :
Ong Hyang Ibu Pertiwi
Ingsun angaturaken sesaji canang sari ketipat taluh 3 (telung) bungkul
Wastu ta sira angrumaksa Sang Catur ring gua garban Hyang Ibu
Anunggalaken Yeh Nyom, Rah, Lamas muah Ari”
Maharani I Salahir, I Salabir, I Mokahir, I Makahir
Mapupul nunggal mangrumaksa sanak kita Sang Catur
maharani Itutur Mengat
Om Ang Ah Namah
Ih kita sang Catur Sanak
Arupa kita Yeh Nyom, Rah, Lamas Muah Ari-Ari
Pengawakan kita I Salahir, I Salabir, I Mokahir, I Makahir
Atangi ta kita, iki tadah sajin kita nasi kepel putih mebe bawang jahe,
Wus kita anadah saji ayuwe kita anyengkala anyengkali, angrusak angrubeda
jaganen sanakta I Tutur Menget den rahayu
Tolak akna sarwa satru megae ala ring sanakta,
Ong Sa Ba Ta A I
Sarwa Butha suka ya namah.

Merawat ari-ari

Persembahan pada ari-ari

Setiap pagi atau setiap rahinan sesuai keyakinan selama tiga bulan disiram dengan air bunga 5 warna, kemudian menghaturkan canang sari atau sapa sida sesuai rahinan bali dan nasi kepel putih kepada Sang Catur Sanak. Disarankan jangan menyiram ari-ari dengan air bekas mandi bayi, karena itu air kotor yang bisa memicu datangnya aura dan kekuatan negatif mengganggu ari-ari, karena air mandi itu adalah air kotor. Sang ari-ari yang disiram dengan air kotor mudah diperintah oleh orang yang mengerti untuk mengganggu sang bayi.
Doa ari-ari setiap hari :
Ih kita sang catur
Arupa kita yeh nyom rah lamas muah ari ari
Pengawakan kita I salahir, I salabir, I mokahir, I makahir
Iki tadah sajinira sega kepel putih be bawang jahe
Wus kita anadah saji jaganin sanakta den rahayu
Ayue kita anyengkala anyengkali rahina wengi
Om sa bat a a i
Sarwa butha suka ya namah

Membuat sesikep untuk bayi
Setelah bayi genap berumur 42 hari barulang sang bayi boleh dibuatkan sesikep atau pengaman diri, dimana sesikep tersebut hanya bisa di mintakan pada saudara atau Sang Catur.
Bahan :
Daun Dadap 3 lembar
beras bija putih
benang putih sesuai lingkar tangan bayi
mesui, kesuna ( bawang putih), jangu yang telah dikeringkan
cara pembuatan :
mesui, kesuna ( bawang putih) dan jangu yang telah kering di tusuk kedalam benang putih, kemudian benang dan bija di taruh diatas 3 lembar daun dadap lalu ditaruh di atas batu ari-ari.
persembahan :
canang sari atau sapa sida dan segehan kepal putih 2 kepal
Doa :
Ih kita Sang Catur
Pengawakan kita I Salahir, I Salabir, I Mokahir, I Makahir
Iki tadah sajinira sega kepel putih be bawang jahe
Muah sarwa sarana sesikep
Benang putih mesui, kasuna, jangu
Metatakan don dadap telung bidang jangkep dening bija petak
Sanakta I Tutur Mengat
Maminta sih ring kita sesikep pangrumaksa jiwa pangrumaksa sukma
Wastu dohing ala sengkala
Buta sakti muah manusa sakti
Sarwa detya sarwa mamilara
Susup akna kesaktian kewisesan kita
Pengawakaning sang catur
Anunggalaken Bayu, Teja, Apah ,Pertiwi
Pengrekaning sariran sanakta I Tutur Mengat
Wastu patuh dening Butha patuh dening Manusa sihing para Dewata
Tan hana wong anyengkala anyengkali angrusak angrubeda ring sanakta
Om sa bat a a i
Sarwa buta suka ya namah
Sarwa papa klesa ya namah
Lara roga lara wigna hilang musnah
Dasa mala sebel kandel hilang moksah
Om Ang Ah, Ang Ah, Ang Ah
Setelah selesai berdoa kemudian benang di ikat ditangan kanan, bija dipakai di kening dan di dada, kemudian daun dadap di sentuh-sentuhkan 3x di ubun-ubun dengan niat bayi terlindung dan terturtup dari segala cobaan dan gangguan.
Makna :
Kelapa merupakan simbul dari Bhuana Agung yang dalam hal ini menyatakan unsur Sang Catur Sanak berupa Yeh Nyom, Rah, Lmas dan Ari-ari bisa cepat kembali ke alam Bhuana Agung, dan kupas tiga sebagai simbul aktivasi Ang Ung Mang untuk mengaktifkan unsur Sang Catur supaya bisa mengeluarkan energi perlindungan kepada sang bayi ( I Tutur Mengat).
Ketumbar berfungsi sebagai pemberi kehangatan dan menghilangkan bau pembusukan dari ari-ari, disamping itupula energi ketumbar yang bersuhu panas dan ari-ari yang memiliki unsur air/ dingin, pertemuan dua unsur ini akan melahirkan unsur baru sebagai unsur peleburan yaitu melebur unsur negatif menjadi positif.
Memiikan memiliki fungsi yang hampir sama dengan ketumbar namun memiliki keharuman sebagai penetralisir unsur negatif atau busuk dari ari-ari menjadi unsur positif atau harum sebagai simbul nilai-nilai kesucian.
Sastra Wreastra sebagai unsur pengreka sarira yaitu A, Na, Ca, Ra, Ka sebagai unsur angin membentuk kekuatan Jantung dan Kulit, Da, Ta, Sa, Wa, La sebagai unsur api membentuk kekuatan Darah, Daging dan Hati, Ma, Ga, Ba, Tha, Nga sebagai unsur sinar membentuk kekuatan Urat Saraf dan Ginjal, Pa, Dha, Ja, Ya, Nya sebagai unsur Air membentuk kekuatan Tulang Sumsum dan Empedu/ Ampru. keseluruhan dari Wreastra membentuk unsur gabungan yaitu Unsur Bumi.
Sastra Dasa Aksara membentuk unsur Rohani agar Sang Catur Sanak menjadi Roh kekuatan untuk melindungi Sang cabang bayi atau I Nurasi.
Abjad merupakan unsur yang sama-sama merupakan sastra sebagai sumber dari segala sumber pengetahuan sama halnya dengan sastra bali yang merupakan sumber dari segala sumber sastra bali, namun memiliki perbedaan. sastra bali memiliki konotasi pengetahuan spiritual sedangkan abjad memiliki konotasi pengetahuan akademik ilmiah dan manusia sebagai ciptaan Tuhan yang paling Sempurna memiliki kemampuan menyatukan pengetahuan baik akademis maupun spiritual yang seimbang dalam diri nya.
Ijuk sebagai simbul kekuatan pembentukan saraf-saraf atau jaringan tubuh yang berbentuk jaringan konektivitas antara zat dan energi didalam tubuh.
Kain putih sebagai simbul menyatukan semua unsur yang terdiri dari Yeh Nyom, Rah Lamas dan Ari-ari dimana semua itu memiliki unsur yang berbeda sifat kekuatan dan zat yang berbeda pula disatupadukan menjadi satu agar terbentuk unsur putih atau unsur suci.
Benang Tri Datu yang bermakna pengaktivasi simbol Bayu, Sabda, Idep sebagai sumber kekuatan dari Sang Catur dalam memberikan perlindungan kepada Bayi.
Tanah meninggi bermakna menghindari air menggenang di sekitara ari-ari.
Batu sebagai simbol penyatuan lima unsur menjadi unsur padat atau unsur pertiwi yang menyatukan kekuatan sang catur Yeh Nyom, Rah, Lamas dan Ari-ari yang bersumber dari Angin, Api, Sinar dan Air Menyatu ke unsur Padat yang dalam hal ini Unsur Padat itu adalah I Nurasi atau Bayi itu sendiri, sehingga manusia dinyatakan terbentuk dari tanah atau pertiwi.
Bedak, sisir, cermin dan pisau sebagai simbol perawatan diri atau mampu merawat diri ( bedak), mampu introspeksi diri ( cermin), mampu menata diri ( sisir) dan mampu melindungi diri ( pisau).
Api Linting sebagai simbol unsur panas atau Brahma yang merupakan sumber energi panas bertemu dengan Unsur Ari-ari yang memiliki sifat dingin atau Air, maka akibat pertemuan dua unsur ini yaitu Unsur air dan Unsur Api akan melahirkan energi baru yaitu berupa energi peleburan, untuk melebur unsur negatif menjadi positif ( Asuri Sampat menjadi Daewi Sampat). atau sifat-sifat negatif dari unsur panca maha butha menjadi sifat positif yaitu butha ya menjadi unsur dewa ya.
Pandan sebagai unsur tanaman berduri yang memiliki sifat Rwa Bhineda yang menyatakan bahwa manusia tidak bisa terlepas dari positif dan negatif, namun tetap harus bisa membentuk diri, menata, merawat dan melindungi diri serta introspeksi diri ( bedak, cermin, sisir, dan pisau) menuju kearah positif atau Daewi Sampat atau Dewa Ya.
Kayu mas sebagai simbol kemuliaan cara berfikir segala niat dan tujuan hidup semata mata untuk kesucian dan kemuliaan.
Keranjang penutup sebagai pembatas atar ruang positif dan negatif, luar dan dalam, bersih dan kotor, suci dan mala, dimana didalam keranjang dinyatakan sebagai unsur positi atau suci dan diluar keranjang dinyatakan sebagai unsur negatif dengan demikian pembatas ini dinyatakan sebagai sarana sterilitas energi agar terbentuk kekuatan Catur Sanak yang positif.
Ketipat taluh sebagai simbol panunggalan atau penyatuan kekuatan Tri Amerta sebagai sumber kehidupan Sang Catur dalam menciptakan kekuatan perlindungan kepada bayi.

Kesimpulan
Dari seluruh rangkaian tatwa filsafat, pilosofi pemerosesan Ari-ari dengan segala sarana dan prasarana nya semata-mata untuk menciptakan kekuatan positif sebagai penyeimbang perkembangan dan pertumbuhan Bayi untuk menciptakan Rahayu, Rahajeng dan Jagat Ditha bagi bayi itu sendiri serta menjauhkan bayi dari pengaruh-pengaruh negatif yang datang dari Bhuana Agung. Proses Ari-ari sesungguhnya menciptakan keseimbangan di Bhuana Agung dan Bhuana Alit.

Post a Comment

Previous Post Next Post