Sarana Kelengkapan Upacara Mecaru Atau Bhuta Yadnya

Sarana Kelengkapan Upacara Mecaru Atau Bhuta Yadnya

Pada pelaksanaan Upacara Bhuta Yadnya juga mempergunakan Uparengga sebagai pelengkap upacaranya...



1. SANGGAH CUCUK

Sanggah Cucuk di buat dari bambu , di buat anyaman dgn dasar memiliki lima buah lubang dan memiliki bentuk segi empat sama sisi sebagai dasarnya, sedangkan atapnya berbentuk segi tiga serta memiliki dua penampang pada kiri dan kanannya.
Sanggah Cucuk ini memiliki satu tangkai sebagai penyangganya, biasanya di pergunakan pada waktu pelaksanaan Upacara Pecaruan.
KENAPA DI SEBUT SANGGAH CUCUK ...
Kata Cucuk berasal dari kata, "CUTA", agar memiliki suatu pengertian serta dapat di jadikan Budaya maka, kata CUTA menjadi kata "CUNTAKA", yg dapat di berikan arti, "MALA".
(Kamus Kawi Bali).
Cucuk juga berarti dicucuk atau di tumpu dgn Satu tiang/penyangga.
Melihat dari bentuk Sanggah Cucuk yg berbentuk segitiga, mengandung Nyasa "TRI MALA PAKSA", yaitu : kayika Mala paksa, Wacika Mala paksa, dan Manacika mala paksa.
Adanya Tri Mala paksa adalah akibat dari mamurtinya Bhuta yg di sebut Bhuta Bucari, kala mamurti di sebut kala Bucari, dan pemurtian Dhurganya di sebut , Dhurga Bucari.
Oleh karena itu pemurtian tersebut di simbulkan dgn sikap "MASUKU TUNGGAL", sehingga Sanggah Cucuk memakai satu tiang penyangga.

2. PENIMPUG

Uparengga Penimpug , di buat dari tiga batang bambu yg masih mengandung ruas sebanyak tiga batang, dan penimpug ini di pergunakan setiap ada upacara keagamaan bagi pemeluk agama Hindu .
Satu rangkaian penimpug ini terdiri dari tiga batang bambu yg masih ruasnya, dan perhitungan tiga ini sebagai simbul suci "TRI BHUANA", baik untuk di Bhuana agung maupun di Bhuana alit.
Bagi Bhuana agung Tri Bhuana adalah , Bhur Loka, Bhuwah Loka, dan Swah Loka, sedangkan di Bhuana alit adalah Bayu, Sabda dan Idep .
Mengenai makna dan fungsi penimpug adalah untuk menetralisir kekuatan kala Bhucari yg bersemayam pada Bhur loka atau Sabda, Bhuta Bhucari yg bersemayam pada Bwah loka atau Bayu, dan Dhurga Bhucari yg bersemayam pada Swah loka atau Idep, agar menjadi kala Hita , Bhuta Hita dan Dhurga Hita, sehingga keseimbangan , keselarasan dan keserasian Bhuana alit terhadap Bhuana Agung tetap dapat di lestarikan .

3. PRAKPAK/orob2

Prakpak ini terbuat dari daun kelapa yg sudah kering di ikat seperlunya, dan di pergunakan pada waktu pelaksanaan Upacara pemarlina Caru dgn cara mengelilingi pekarangan rumah atau pemrajan ke arah kiri dalam keadaan prakpak telah berisi api .
Mengenai makna dari prakpak ini adalah sebagai simbul suci dari kekuatan ," TEJA", serta memiliki fungsi sebagai penyomia , untuk mengembalikan kekuatan panca Maha Bhuta yg berasal dari unsur Teja . Pengleburan dengan api dan asapnya..

4. KULKUL

Kulkul ini di buat dari batang bambu adalah sebagai simbul kekuatan Panca Maha Bhuta yg berasal dari unsur Akasa.beda dgn kulkul dr kayu..
Kulkul Dr bambu juga bermakna sebagai simbolis mengundang/membangunkan butha-bhuti untuk datang.

5. TULUD/LAMPIT/TENGALA

Tulud ini di buat dari bambu atau kayu adalah sebagai simbul suci dari kekuatan "BAYU" berfungsi untuk mengembalikan kekuatan panca maha bhuta , yg berasal dari unsur Bayu
Adalah simbolis alat pembersihan seperti fungsi tulud itu sendiri

6 SAPU LIDI

Dalam melaksanakan meralina caru juga memakai sapu lidi berjumlah 12 batang adalah sebagai simbul suci dari kekuatan "PERTIWI" berfungsi untuk mengembalikan kekuatan panca maha bhuta , yg berasal dari unsur PERTIWI. Simbolis alat pembersihan sesuai fungsinya sebagai sapu angrapuhaken ikang Mala.

7 ARAK DAN BEREM

Arak dan Berem juga di pergunakan pada saat pelaksanaan upacara ini, dgn cara metabuh mengikuti yg lainnya , arak Berem ini merupakan simbul suci dari kekuatan "APAH" berfungsi untuk mengembalikan Panca maha bhuta yg berasal dari unsur Apah .merupakan simbolis dari kekuatan matahari dan bulan energi Panas dan dingin sebagai penetralisir kekuatan bhutakala.

8. SENGKUI

merupakan anyaman dari daun kelapa yaitu pada bagian ujung pelepah daun kelapa (muncuk) yang dianyam menyerupai orang-orangan yang merupakan simbolik dari Tulang Manusia yg dianyam tengkurap memakai daun kelapa di sesusikan dgn jumlah urip masing2 pengideran.

9.AYAM CARU

Merupakan simbolik dari Rajas Dan Tamas. yaitu berupa ayam yang dijadikan olahan sate bayang-bayang peketengan biasanya sesuai urip pengideran. begitu juga bulu ayam yg dipergunakan di sesuaikan dengan warna arah Mata angin/pengideran nyomya kekuatan rajas tamas menjadi satvika dari butahita menjadi dewahita dalam buana alit dan buana agung sehingga menetap dan menjadi sebuah Kekuatan sekala niskala sebagai pengaktifasi kekuatan magis/gaib.

Caru artinya bagus, cantik, indah harmonis (dalam bahasa sansekerta).
Jadi arti harfiahnya agar menjadi bagus/cantik/indah/Harmonis hubungan manusia dengan alam yg disebut Tri Hita Karana.
Bhuta adalah unsur dari alam yg disebut panca maha bhuta /Lima unsur Periwi Apah Teja Bayu Akasa.
Kala adalah perputaran dari planet matahari bulan yang membuat perubahan musim dan keadaan disebut juga waktu.
Jadi Bhuta kala adalah ruang dan waktu yg sewaktu- waktu bisa berubah-rubah
Seperti api dan Air bisa menjadi sahabat juga bisa menghancurkan apabila manusia tidak berwiweka menggunakannya.
Adapun juga arti dari kata Bhutakala adalah waktu yg tak terlihat yang tidak dapat dilihat oleh mata telanjang hanya dengan mata bhatinlah hal tersebut akan nampak dan bisa dirasakan.
Caru yg menggunakan ayam disebut caru Manca sata/amancaan.
Adapun caru2 yg lain Disesuikan oleh peruntukan besar kecilnya upacara tersebut.

Post a Comment

Previous Post Next Post