Contoh-Contoh Cerita Purana

 Contoh-Contoh Cerita Purana

1. Kisah Dhruwa dalam Wisnu Purana 

Dikisahkan bahwa Dewa Brahma menciptakan Manu, dan dari Manu serta keturunannya lahir manusia yang dikenal sebagai Manawa. Manu memiliki dua putra, Priyavrata dan Uttanapada, yang keduanya dikenal jujur dan berani.



Uttanapada memiliki seorang putra bernama Dhruwa dari pernikahannya dengan Suniti. Dhruwa adalah anak yang pemberani, namun dia memiliki saudara tiri bernama Uttama yang lebih disukai oleh Raja dibandingkan dirinya.

Suatu hari, Dhruwa melihat Uttama duduk di pangkuan Raja, dan Dhruwa pun ingin berada di pangkuan ayahnya juga. Namun, keinginan Dhruwa tidak dipenuhi, membuatnya merasa sangat sedih.

Ibunya, Suniti, mencoba menghiburnya dengan mengatakan bahwa nasib manusia, apakah menderita atau bahagia, bergantung pada perbuatan masa lalu mereka. Ia menjelaskan bahwa orang bijak akan selalu merasa puas dengan apa yang mereka miliki.

Merasa putus asa, Dhruwa pergi ke hutan untuk bertemu dan berdoa kepada Sapta Rsi. Para Rsi kemudian mengajarkan mantra untuk berdoa kepada Dewa Wisnu. Dhruwa kemudian memuja Dewa Wisnu di Madhuwana, sebuah tempat di tepi sungai Yamuna.

Dewa Wisnu akhirnya memenuhi permintaan Dhruwa dengan menempatkannya di tengah langit. Semua bintang berputar mengelilingi Dhruwa sebagai bentuk penghormatan. Ibunya, Suniti, juga ditempatkan di langit dekat dengan Dhruwa.

Perilaku yang patut diteladani dalam kisah Dhruwa

Berikut adalah sifat-sifat yang dapat kalian teladani dalam kisah Dhruwa:

  1. Pemberani
    Pemberani adalah seseorang yang siap menghadapi risiko dan selalu mengambil pelajaran dari setiap kegagalan. Dalam cerita Dhruwa, sikap keberanian Dhruwa tampak saat dia meninggalkan istana dan pergi sendirian ke hutan untuk bertapa.

  2. Percaya pada Hukum Karmaphala
    Hukum karmaphala adalah prinsip sebab dan akibat. Dalam kisah Dhruwa, prinsip ini terlihat saat Suniti memberi nasihat kepada Dhruwa, menjelaskan bahwa nasib manusia, apakah menderita atau bahagia, tergantung pada perbuatan mereka di masa lalu.

  3. Mandiri
    Mandiri berarti tidak tergantung pada orang lain dan mampu menyelesaikan masalah sendiri. Dalam kisah Dhruwa, sikap mandiri muncul ketika Dhruwa pergi ke hutan untuk bertapa dan memuja Dewa Wisnu tanpa bantuan orang lain.

  4. Tekun
    Tekun adalah sikap yang selalu serius dan berusaha keras dalam menyelesaikan tugas. Dalam kisah Dhruwa, ketekunan terlihat dari usaha Dhruwa yang tanpa henti dalam memuja Dewa Wisnu, yang akhirnya membuahkan hasil dengan anugerah dari Dewa Wisnu.


2. Kisah Lingga dalam Siwa Purana

Dikisahkan bahwa Dewa Brahma dan Dewa Wisnu pernah berselisih paham karena masing-masing merasa lebih unggul dari yang lainnya. Untuk membuktikan keunggulannya, Dewa Brahma mengendarai angsa dan bersenjatakan gada, sementara Dewa Wisnu mengendarai Garuda dan membawa cakra, senjata andalannya.


Konflik antara Dewa Brahma dan Dewa Wisnu berlangsung lama hingga akhirnya terhenti dengan kemunculan Lingga Siwa. Mereka pun penasaran bagaimana Lingga Siwa muncul secara tiba-tiba.

Dewa Brahma berubah wujud menjadi angsa putih untuk menyelidiki puncak Lingga Siwa, sementara Dewa Wisnu berubah menjadi babi hutan untuk mencari pangkalnya. Meskipun mereka melakukan penelusuran selama 4.000 tahun, mereka tidak berhasil menemukan ujung atau pangkal Lingga Siwa.

Ketika Dewa Brahma dan Dewa Wisnu kembali ke tempat semula, Dewa Wisnu tampak lesu, sedangkan Dewa Brahma terlihat ceria karena mengklaim telah menemukan puncak Lingga Siwa, sebuah klaim yang didukung oleh Dewi Ketaki yang ditemui Brahma selama pencariannya. Karena itu, Dewa Wisnu yang jujur kemudian bersujud kepada Dewa Brahma.

Mereka kemudian berdoa selama seratus tahun. Setelah seratus tahun berlalu, terdengar suara “OM” dan muncul makhluk berkepala lima dengan sepuluh tangan, yaitu Dewa Mahadewa atau Dewa Siwa. Dewa Wisnu bertanya, “Siapakah Tuan? Apa tujuan kedatangan Tuan?”

Dewa Siwa menjawab, “Aku adalah Siwa. Aku sudah mengetahui segala sesuatu tentang kalian, termasuk kebohongan yang dilakukan oleh Dewa Brahma dan Dewi Ketaki. Semua itu sudah aku maafkan.” Dewa Brahma pun mengucapkan terima kasih. Dewa Siwa melanjutkan, “Kita bertiga adalah satu kesatuan, namun tugas kita berbeda. Brahma bertugas mencipta, Wisnu bertugas memelihara, dan aku Siwa, bertugas untuk menghancurkan. Sekarang biarlah Brahma yang melanjutkan penciptaan.” Setelah itu, Dewa Siwa menghilang dan Dewa Brahma serta Dewa Wisnu kembali ke wujud asal mereka.

Perilaku yang patut diteladani dalam Kisah Lingga

Sama halnya dengan kisah Dhruwa, kisah Lingga dalam Siwa Purana juga mengandung beberapa sikap yang patut dicontoh:

  1. Sikap Religius
    Religius berarti rajin dalam berdoa dan beribadah. Kita beribadah untuk meminta petunjuk dari Hyang Widhi Wasa. Dalam kisah Lingga di Siwa Purana, Dewa Brahma dan Dewa Wisnu berdoa selama 100 tahun, dan doa mereka dikabulkan oleh Dewa Siwa.

  2. Sikap Pemaaf
    Pemaaf adalah kemampuan untuk mengampuni kesalahan orang lain. Memaafkan adalah perbuatan mulia dan dapat membantu menjalin banyak persahabatan. Dewa Siwa menunjukkan sikap pemaaf dengan memaafkan Dewa Brahma, yang menjadi contoh betapa pentingnya sifat ini.



Post a Comment

Previous Post Next Post