Menjalankan Ajaran Suci Purana di Nusantara

 Menjalankan Ajaran Suci Purana di Nusantara

Di Indonesia, terdapat banyak kitab Purana yang mencerminkan kearifan lokal. Kitab-kitab Purana ini berasal dari Purana Weda (Maha Purana) dan ajarannya disampaikan melalui cerita-cerita keagamaan. Cerita-cerita tersebut mengandung ajaran suci yang berfungsi sebagai pedoman dalam pelaksanaan berbagai aktivitas keagamaan masyarakat sesuai dengan kearifan lokal. Selanjutnya, mari kita simak beberapa cerita Purana lokal Nusantara berikut ini.

1. Asal-Usul Pura Besakih di Bali

Diceritakan bahwa seorang rsi yang berasal dari Gunung Raung, Jawa Timur, bernama Rsi Markandya, memimpin kelompoknya yang berjumlah 800 orang menuju Gunung Tohlangkir. Setibanya di sana, Rsi Markandya berniat untuk mendirikan tempat tinggal dan memerintahkan para pengikutnya untuk menebang pohon-pohon di hutan.


Namun, selama proses tersebut, banyak muridnya mengalami kematian. Beberapa diantaranya diserang binatang buas, ada yang meninggal tanpa sebab yang jelas, ada yang menghilang tanpa jejak, dan beberapa lainnya tiba-tiba menjadi gila. Akibat peristiwa tersebut, jumlah pengikutnya menyusut menjadi sekitar 200 orang.

Menyaksikan hal tersebut, Rsi Markandya kembali ke Pesraman di Gunung Raung untuk melakukan tapa memohon petunjuk dari Hyang Jagatnatha. Dalam meditasi, beliau mendapat petunjuk untuk melaksanakan upacara yadnya dan menanam Panca Datu. Rsi Markandya kemudian kembali ke Gunung Tohlangkir bersama 400 muridnya.

Sesampainya di lokasi, beliau melaksanakan upacara yadnya dan menanam Panca Datu, yang terdiri dari emas, perak, tembaga, perunggu, dan besi. Setelah upacara tersebut, Rsi Markandya berhasil membangun pemukiman dan lahan pertanian, dan tempat itu dinamakan Wasuki. Di tempat penanaman Panca Datu, didirikan sebuah pura yang disebut pura Basukian. Rsi Markandya juga mengganti nama Gunung Tohlangkir menjadi Gunung Agung, dan pulau tersebut diberi nama Wali, yang berarti persembahan atau korban suci. Nama Wali kemudian dikenal sebagai Bali.


2. Kisah Candi Prambanan

Pada zaman dahulu, terdapat sebuah kerajaan bernama Prambanan yang diperintah oleh Raja Prabu Baka, seorang raksasa yang sangat kuat. Banyak kerajaan lain yang berada di bawah kekuasaannya. Raja Baka memiliki seorang putri yang sangat cantik bernama Rara Jonggrang.


Suatu ketika, Raja Baka menyerang Kerajaan Pengging. Pertempuran pun terjadi antara pasukan Kerajaan Prambanan dan pasukan Kerajaan Pengging yang dipimpin oleh Bandung Bandawasa. Bandung Bandawasa berhasil mengalahkan Raja Baka, dan setelah itu, Kerajaan Prambanan menjadi milik Bandung Bandawasa.

Bandung Bandawasa berniat meminang Rara Jonggrang, putri Raja Baka. Untuk menolak pinangan tersebut, Rara Jonggrang menetapkan syarat: ia meminta seribu arca dan dua buah sumur yang dalam, semuanya harus selesai dalam satu malam. Bandung Bandawasa menyetujui syarat tersebut.

Pada malam yang ditentukan, Bandung Bandawasa dibantu oleh makhluk halus untuk membuat arca. Hingga tengah malam, mereka telah berhasil membuat 500 arca dan hampir menyelesaikan kedua sumur yang diminta.

Rara Jonggrang dan Patihnya berusaha menggagalkan usaha Bandung Bandawasa. Patihnya membangunkan gadis-gadis desa di sekitar istana dan meminta mereka untuk memukul lesung, menyapu, dan membakar jerami.

Mendengar suara lesung dan melihat langit mulai memerah, Bandung Bandawasa mengira pagi sudah tiba dan menghentikan pekerjaannya. Ketika Rara Jonggrang dan Patihnya datang untuk menghitung arca, ternyata jumlahnya hanya 999 buah. Marah karena merasa diperdaya, Bandung Bandawasa mengutuk Rara Jonggrang menjadi arca ke-1000.



Post a Comment

Previous Post Next Post