Denpasar, 25 Agustus 2025 – Tradisi merupakan salah satu pilar kebudayaan bangsa Indonesia yang diwariskan secara turun-temurun. Namun, di tengah perkembangan zaman yang serba cepat, muncul perdebatan mengenai bagaimana tradisi dijalankan agar tetap relevan tanpa menimbulkan beban bagi masyarakat.
Di sejumlah daerah, pelaksanaan upacara adat dan keagamaan kerap menuntut biaya besar serta tenaga yang tidak sedikit. Hal ini kadang menimbulkan kesulitan, terutama bagi masyarakat dengan keterbatasan ekonomi. Meski demikian, para tokoh adat menegaskan bahwa esensi tradisi sesungguhnya tidak terletak pada kemewahan, melainkan pada makna spiritual, nilai kebersamaan, dan penghormatan terhadap leluhur.
Menjaga Nilai, Bukan Beban
I Made Wirawan, seorang pemerhati budaya Bali, menekankan pentingnya meluruskan pemahaman masyarakat mengenai tradisi.
“Tradisi harus menghadirkan kedamaian, bukan tekanan. Kalau masyarakat sampai terhimpit karena biaya atau kewajiban adat, itu berarti ada yang perlu disesuaikan,” jelasnya.
Ia menambahkan bahwa tradisi sejatinya bersifat dinamis. Sepanjang nilai utama tetap terjaga, bentuk dan cara pelaksanaannya bisa menyesuaikan dengan perkembangan zaman. Misalnya, dalam upacara adat, masyarakat bisa menggunakan bahan sederhana, gotong royong yang fleksibel, atau memanfaatkan teknologi digital untuk mengurangi beban biaya.
Peran Generasi Muda
Tokoh agama Hindu, Ida Pandita Mpu Jaya Kesuma, juga menekankan pentingnya melibatkan generasi muda dalam pelestarian tradisi.
“Kalau tradisi tidak menyesuaikan zaman, generasi muda bisa merasa terbebani dan enggan melanjutkan. Padahal mereka adalah penerus utama warisan leluhur. Maka kita perlu menekankan niat suci dan makna, bukan pada kemewahan,” tegasnya.
Sejumlah komunitas budaya di Bali bahkan sudah mulai melakukan inovasi. Misalnya, penggunaan canang dari bahan alami yang lebih ramah lingkungan, pengurangan pemakaian plastik dalam upacara, hingga pendataan adat berbasis aplikasi agar lebih efisien.
Tradisi yang Adaptif
Masyarakat luas berharap adanya kesadaran bersama untuk terus menjaga tradisi agar sejalan dengan kehidupan modern. Tradisi yang adaptif tidak hanya memudahkan masyarakat, tetapi juga membuat warisan budaya tetap hidup dan lestari.
“Kalau tradisi bisa dijalankan dengan sederhana, tulus, dan penuh makna, maka masyarakat akan merasa ringan. Inilah cara kita melestarikan tradisi tanpa kehilangan jati diri, sekaligus membuat generasi berikutnya bangga melanjutkan,” pungkas Wirawan.

Post a Comment