Sugihan Bali dan Sugihan Jawa sebagai media Penyucian Alam Semesta

 Sugihan Bali dan Sugihan Jawa 


Dalam Lontar Sundarigama dijelaskan bahwa filosofi dari sugihan erat kaitannya dengan upacara pebersihan Bhuana Agung dan Bhuana Alit

Yang mana dapat jelaskan makna dari Sugihan Jawa adalah penyucian makrokosmos atau buana agung atau alam semesta sebagai tempat kehidupan. Pembersihan ini secara sekala dilakukan dengan membersihkan pelinggih atau tempat-tempat suci yang digunakan sebagai tempat pemujaan. Sugihan jawa diartikan sebagai pesucian dewa kalinggama pamrastista bhatara kabeh (pesucian dewa, karena itu hari penyucian semua bhatara) Pembersihan bisa dilakukan dengan melakukan pecaruan ekasata di rumah masing-masing. Bila kita tidak sempet melakukan pecaruan, maka cukup dengan bungkak nyuh gading yang dipercikkan ke semua penjuru rumah/pekarangan kita yang sebelumnya sudah didoakan akan bisa menjadikan rumah/lingkungan kita menjadi bersih. Sudah tentu perlu juga dilengkapi canang sari dihaturkan ke hadapan pelinggih yang ada di lingkungan kita. Diyakini pada saat Sugihan Jawa ini, para dewa akan turun diiringi dengan para luluhur untuk menerima persembahan.

Sedangkan Sugihan Bali adalah penyucian buana alit atau diri sendiri (mikrokosmos) sehingga bersih dari perbuatan-perbuatan yang ternoda atau pembersihan lahir dan batin. Pembersihan dapat dilakukan dengan penglukatan, sarananya dapat menggunakan bungkak nyuh gading. Dengan adanya kesucian lahir dan batin itu, umat lebih bisa memaknai Hari Suci Galungan, sebagai kemenangan dharma.

Pelaksanaan Sugihan Jawa dan Sugihan Bali.

Sugihan jawa dan sugihan bali, keduanya merupakan rangkaian pelaksanaan hari raya Galungan dan Kuningan yang dimulai pada Saniscara kliwon wuku wariga atau yang lebih di kenal dengan tumpek wariga (25 hari). Sugihan jawa jatuh pada wrhaspati / kamis wage wuku sungsang sedangkan sugihan bali jatuh pada jumat kliwon wuku sungsang atau sehari setelah sugihan jawa.

 

Perbedaan Sugihan Jawa dan Sugihan Bali

Kedua sugihan ini memiliki makna sebagai wadah pembersihan, namun yang menjadi perbedaan terletak pada apa yang dibersihkan (disucikan). Jika dilihat lebih dan sugihan jawa lebih kepada pembersihan makrokosmos atau alam semesta seperti misalnya:

- Niskala : Pembersihan dengan jalan mengaturkan upacara banten pengerebuan dan prayassita sebagai lambang penyucian. Semua itu diaturkan kepada Ida Batara, para leluhur dan para dewa yang beristana dimasing-masing pelinggih atau pura. Diyakini pada saat sugihan jawa ini, para dewa akan turun diiringi dengan para leluhur untuk menerima persembahyangan.

- Sekala : Membersihkan pelinggih atau tempat - tempat (Ngererata atau mabulung yakni pekerjaan merabas atau mencabut rumput-rumput liar yang tumbuh disekitar pelinggih)

Post a Comment

Previous Post Next Post