Hari Suci Agama Hindu

Hari-Hari Suci Agama Hindu

Sebagai umat Hindu kita wajib melaksanakan sembahyang tiga kali dalam sehari. Selain sembahyang tiga kali sehari, pada hari-hari tertentu kita wajib melaksanakan persembahyangan, misalnya pada Hari Purnama dan Tilem atau pada hari-hari raya. Hari Purnama, Tilem, dan hari-hari raya lainnya diperingati dengan melakukan sembahyang ke hadapan Sang Hyang Widhi, sehingga kita lebih dekat kepada Sang Hyang Widhi. Hari suci selain disucikan juga sangat dikeramatkan oleh umat Hindu. Sebab hari suci Hindu memiliki maksud dan tujuan yang sangat luhur. Hari suci adalah hari-hari istimewa yang disucikan oleh umat Hindu, (Duwijo dan Susila, 2014: 53).
Pengertian dan Jenis-Jenis Hari Suci Hindu



Jenis-Jenis Hari Suci Hindu


Hari suci agama Hindu berbeda-beda sebutannya sesuai daerah dimana agama Hindu berkembang, seperti: Pagerwesi, Galungan, Kuningan, Saraswati, Navaratri, Purnama, Tilem, Sivaratri, Nyepi, Divali, Gayatri Japa, Guru Purnima, Holi, Raksabandhan, Makara Sankranti serta yang lain. Hari suci agama Hindu dikelompokkan berdasarkan wuku dan sasih.

1. Hari Suci Berdasarkan Perhitungan Pawukon

a. Hari Pagerwesi

Hari Pagerwesi adalah hari raya untuk memperingati Sang Hyang Widhi sebagai Sang Hyang Pramesti Guru, gurunya alam semesta, guru bagi seluruh makhluk hidup. Kata “pagerwesi” artinya pagar dari besi. Perayaan pagerwesi mengingatkan kita untuk melindungi diri dan keluarga agar tidak mendapat gangguan, dengan melakukan persembahyangan ke hadapan Sang Hyang Widhi sebagai Hyang Pramesti Guru. Hari Pagerwesi jatuh pada hari Rabu Kliwon Wuku Sinta. Pada hari ini Sang Hyang Pramesti Guru beryoga. Jika kita berdoa pada hari Pagerwesi berarti kita memohon bimbingan beliau sebagai Guru kita, (Duwijo dan Susila, 2014: 54).

b. Hari Galungan

Hari Galungan adalah hari raya untuk memperingati hari kemenangan Dharma atas Adharma. Kata“Galungan”berasal dari bahasa Jawa Kuno yang artinya menang atau bertarung. Galungan juga sama artinya dengan dungulan, yang juga berarti menang. Hari Galungan jatuh setiap hari Rabu Kliwon Wuku Dungulan. Hari Galungan selalu mengingatkan kita untuk selalu koreksi diri, apakah kita sudah menjalankan Dharma.

c. Hari Kuningan

 
Hari Kuningan adalah hari raya untuk mengucapkan rasa terima kasih kepada para leluhur atas jasa-jasa beliau kepada kita. Kata Kuningan sendiri memiliki makna mencapai peningkatan spiritual dengan cara introspeksi agar terhindar dari mara bahaya. Hari Kuningan jatuh setiap hari Sabtu Kliwon Wuku Kuningan. Pada hari ini kita melakukan persembahyangan untuk mendoakan para leluhur agar beliau terbebas dari segala dosa, (Duwijo dan Susila, 2014: 55).

d. Hari Saraswati

Hari Saraswati berasal dari bahasa Sansekerta dari urat kata Sr yang artinya mengalir. Saraswati berarti aliran air yang melimpah menuju danau atau kolam. Hari Saraswati untuk memperingati turunnya ilmu pengetahuan. Hari Saraswati jatuh setiap hari Sabtu Umanis Wuku Watugunung. Pada hari suci ini pemujaan ditujukan kepada Sang Hyang Widhi dalam manifestasinya sebagai Dewi Saraswati, yaitu Dewi Ilmu Pengetahuan.

2. Hari Suci Berdasarkan Perhitungan Sasih/Bulan

a. Hari Purnama

Hari Purnama adalah bulan bulat penuh, pada saat bulan Purnama, bulan bersinar dengan terang. Pada hari itu, pemujaan ditujukan kepada Sang Hyang Candra.

b. Hari Tilem

Hari Tilem adalah malam bulan mati, pada saat Tilem bulan tidak bersinar. Pada hari itu, Sang Hyang Surya beryoga dan pemujaan ditujukan kepada Beliau.

c. Hari Åšivaratri

Hari Åšivaratri adalah hari raya untuk memuja Dewa Åšiva. Hari Åšiva ratri jatuh setiap purwaning tilem kapitu. Åšivaratri artinya malam Åšiva. Dalam merayakan hari raya ini, terdapat tiga brata yang perlu mendapat perhatian, meliputi Mona Brata (tidak berbicara), Jagra (bergadang), dan Upawasa (puasa).

 
d. Hari Nyepi

Hari Nyepi adalah hari raya untuk memperingati tahun baru Saka. Kata “Nyepi” berasal dari kata sepi, sehingga perayaan Hari Raya Nyepi dilaksanakan dengan menyepikan diri. Hari raya ini jatuh pada penanggal apisan sasih kadasa. Perayaan Hari Nyepi bertujuan untuk menenangkan pikiran, introspeksi diri, dan merenungkan perbuatan yang telah kita lakukan. Pada Hari Nyepi, kita melakukan empat brata yang disebut Catur Brata Penyepian, meliputi mati Gni (tidak menyalakan api), Amati Karya (tidak bekerja), Amati Lelungan (tidak bepergian), dan Amati Lelanguan (tidak bersenang-senang), (Duwijo dan Susila, 2014: 56).

e. Hari Navaratri

Hari Navaratri sering juga disebut Dussera atau Dasahara, hari raya Navaratri jatuh pada paro terang bulan Asuji (September-Oktober) untuk memperingati kemenangan Dharma terhadap Adharma.

f. Hari Dipavali

Hari Dipavali merupakan perayaan kembalinya Sri Rama ke Ayodya. Hari Dipavali dirayakan dengan menyalakan lampu di seluruh kota. Hari raya ini sering juga disebut Divali. Hari Dipavali dirayakan dua hari sebelum Tilem Kartika (Oktober dan November).

g. Hari Raya Gayatri Japa

Hari Raya Gayatri Japa adalah hari raya untuk memperingati turunnya mantra Gayatri. Hari Gayatri Japa jatuh pada sehari setelah Purnama Sravana (Kasa), bulan Juli atau Agustus, (Duwijo dan Susila, 2014: 56).

h. Hari Guru Purnima atau Vyasa Jayanti

Hari Guru Purnima atau Vyasa Jayanti adalah hari raya untuk memperingati kelahiran Maharsi Vyasa. Hari Guru Purnima jatuh pada Hari Purnama Asadha (Juli-Agustus).

i. Hari Holi

Hari Holi adalah hari raya untuk menyambut musim panas. Hari raya ini dikaitkan dengan raksasa perempuan bernama Holika. Raksasa Holika akhirnya mati terbakar dan dikalahkan oleh kebenaran yang dimanifestasikan oleh Prahlada. Hari Holi jatuh pada Purnama Phalguna (Februari- Maret).

j. Hari Makara Sankranti

Hari Makara Sankranti adalah hari raya untuk memuja Dewa Surya. Hari raya ini terjadi pada pertengahan Januari. Pada Hari Makara Sankranti, matahari mulai bergerak ke arah utara Katulistiwa. Pada hari itu, sebagian besar umat Hindu menyucikan diri di Sungai Gangga atau sungai- sungai suci lainnya di India, (Duwijo dan Susila, 2014: 58).

k. Hari Raksabandha

Hari Raksabandha adalah Hari Raya Kasih Sayang. Hari Raya ini jatuh pada Purnama Srawana (Juli- Agustus). Hari kasih sayang ini adalah hari kasih sayang antara suami dengan istri, anak dengan orang tua, kemenakan dengan paman/bibi, dan murid dengan guru. Selesai sembahyang, dilanjutkan dengan pengikatan benang pada pergelangan tangan masing-masing sebagai tanda memperteguh ikatan kasih sayang.

Semua hari raya dalam agama Hindu bertujuan mengingatkan kita untuk selalu mendekatkan diri ke hadapan Sang Hyang Widhi, (Duwijo dan Susila, 2014: 59).

Referensi:

Duwijo dan Susila, Komang. 2014. Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti / Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. - Edisi Revisi. Jakarta : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Post a Comment

Previous Post Next Post