TIGA KERANGKA DASAR AGAMA HINDU

TIGA KERANGKA DASAR AGAMA HINDU

Hayy……. rekan-rekan aksara, berjumpa kembali di blog Membacaaksara. Pada kesempatan kali ini admin akan berbagi mengenai makna dari Tiga Kerangka Dasar Agama Hindu sebagai pedoman hidup dalam melaksanakan kehidupan beragama.


A. Tatwa

Tatwa yaitu filsafat, ajaran, pengetahuan yang bersumber dari Weda (Sruti dan Smerti). Weda terdiri atas enam batang tubuh atau Sad Wedangga, yaitu:  Siksha (fonetika dan fonologi/sandi), Chanda (irama), Wyakarana (tata bahasa), Nirukta (etimologi), Jyotisa (ilmu perbintangan/astrologi), dan Kalpa (ilmu mengenai upacara keagamaan).

Kalpa Wedangga terdiri atas empat jenis menurut topiknya, yaitu: Srauta Sutra (manual untuk upacara besar), Grhya Sutra (manual untuk orang berumah tangga), Dharma Sutra (manual untuk melakukan pemerintahan), dan Sulva Sutra (manual untuk membuat bangunan-bangunan agama hindu)

Dalam perkembangannya, ajaran agama Hindu di Indonesia oleh para orang suci/maharsi disusun dan disesuaikan dengan tempat mereka mengembangkan ajaran dalam bentuk Rontal/Lontar. Salah satunya adalah Sulva Sutra, dalam Bahasa Jawa kuno disebut sebagai rontal/lontar kosala dan kosali. Ada juga Jyotisa, di Bali sering dipakai sebagai pedoman mencari hari baik atau wariga/wewaran. 

Dalam perkembangan ajaran agama Hindu, dikenal juga: pokok-pokok ajaran agama Hindu, Panca Srada, Tri Guna (tiga sifat alami yang ada sejak lahir), Tri Hitakarana (tiga penyebab kebahagiaan), Tri Kaya Parisudha (tiga perbuatan yang harus dijaga kesuciannya), Tri Rna (tiga hutang manusia), Catur Purusa Arta, dan banyak lagi ajaran atau filsafat seperti Bhagawad Gita, Samkya, Sarasamuscaya, dan lain sebagainya.

B. Etika

Etika atau susila berasal dari kata “su” yang berarti baik, indah, harmonis dan “sila” yang berarti prilaku, tata cara/tata laku. Jadi susila berarti tingkah laku manusia yang baik dalam mengadakan hubungan timbal balik yang selaras dan harmonis antara sesama manusia dengan alam semesta dan dengan tuhan (tri hita karana). Setiap individu guna mencapai kesempurnaan dan kesucian hidupnya hendaknya selalu menjaga kesucian pikiran, perkataan, dan perbuatan (tri kaya parisudha).

Di lingkungan keluarga misalnya, anak-anak hendaknya berbicara dan bertingkah laku yang sopan terhadap orang tua. Orang tua juga hendaknya memberi contoh/teladan tentang perilaku yang baik kepada anaknya, sehingga terjadi hubungan yang harmonis di lingkungan keluarga.

Dalam menjaga hubungan dengan alam,  ketika akan menebang pohon untuk digunakan, maka hendaknya menanam pohon baru sebagai pengganti. Setiap orang hendaknya merawat lingkungan sekitar sehingga alam tetap lestari.

Sementara untuk menjaga hubungan dengan Ida Sanghyang Widi/Tuhan, dapat dilakukan dengan Nitya Yadnya (persembahyangan Tri Sandhya, Mesesaiban/Ngejot), dan Naimitika Yadnya (persembahyangan pada waktu-waktu tertentu misalnya hari-hari suci, Tilem, Purnama, Galungan, Kuningan, Nyepi dan hari suci lainya). Selain kedua cara di atas, hubungan dengan Tuhan dapat pula dilakukan dengan berdoa dalam kegiatan sehari-hari (doa makan, sebelum makan, mau bekerja dan sebagainya) dapat pula dengan berjapa.

C. Upacara

Upacara yaitu kegiatan agama Hindu dalam bentuk ritual. Ada lima upacara/yadnya yang dikenal dalam Hindu atau yang disebut dengan Panca Yadnya, yaitu: Dewa Yadnya (upacara hari suci tilem, purnama, galungan), Rsi Yadnya (upacara pewintenan, diksa, dan lainnya), Pitra Yadnya (upacara ngaben/kematian), Manusia Yadnya (upacara otonan, potong gigi, pewiwahan/nikah, dan lainnya),  Bhuta Yadnya (upacara Mecaru, mesegeh).

Ketika kita berbicara upacara tentu ada yantra dan mantra (persembahan/Banten dan doa).  Bhagawadgita BAB IX Sloka 26 menjelaskan: Patram Puspam Phalam Toyam, Yo me bhaktya prayacchati, Tad aham bhakty-upahrtam, Aasnami prayatatmanah. Artinya, siapapun dengan sujud bhakti kepada-ku mempersembahkan sehelai daun, sekuntum bunga, sebiji buah-buahan, seteguk air, aku terima sebagai bhakti persembahan dari orang yang berhati suci.

Tatwa, Etika, Susila merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan antara satu dengan lainnya. Ketiganya mesti dimiliki dan dilaksanakan oleh umat Hindu. Begitu eratnya kaitan antara ketiga dasar ini, sehingga diumpamakan seperti sebuah telur ayam yang terdiri dari: kuning telur dan sarinya adalah tatwa, putih telur adalah susila, sedangkan kulit telur adalah upacara.

Wiana (2008:51), menggambarkan Tri Kerangka Dasar Agama Hindu ini ibarat sebutir telur, dan aspek tattwa nya adalah kuningnya, putih telurnya susila, dan kulit telurnya adalah aspek ritualnya. Salah satu dari lapisan telur tersebut rusak, maka telur tidak akan menetas menjadi anak ayam.

Telur itu sempurna. Jika ketiga bagiannya sempurna dan dipanaskan dengan tepat dan baik oleh sang induk ayam, maka akan menetaslah telur itu atau lahirlah anak ayam sebagai tujuan akhir dari diciptakannya telur.

Post a Comment

Previous Post Next Post