RONG TELU TEMPAT MEMUJA SIAPA ?

Pelinggih Kemulan Rong Tiga merupakan pelinggih yang paling inti dalam Sanggah atau Merajan. Dalam pelinggih Kemulan Rong Tiga sesungguhnya yang disembah atau disungsung adalah Ida Bhatara Guru atau Leluhur yang telah suci. Masalah ini diputuskan dalam Seminar Kesatuan Tafsir Terhadap Aspek-aspek Agama Hindu dimana ditetapkan bahwa Kemulan Rong Tiga adalah Pelinggih Tri Murthi/ Hyang Kamimitan atau Hyang Kemulan. ada beberapa isi lontar yang sejalan dengan penjelasan diatas adalah :


Lontar Usana Dewa :
Pada sanggah Kemulan yang berstana adalah Sang Hyang Atma. Kemulan rong kanan adalah Para-atma yaitu bapak. Di Kemulan rong kiri adalah Siwa-atma yaitu ibu. Di Kemulan rong tengah adalah wujudnya Brahma, yaitu ibu bapak yang sudah berwujud Sang Hyang Tuduh.

Lontar Gong Besi
Pada Kemulan rong kanan sebagai bapak adalah Para atma. Pada Kemulan rong kiri sebagai ibu namanya Siwa atma. Pada Kemulan rong tengah wujudnya sebagai Susuna atma atau leluhur seterusnya, yaitu ibu bapak dalam wujudnya pulang kepada Hyang Kuasa yaitu Sang Hyang Tunggal, mempersatukan wujud.

Lontal Purwa Bumi Kemulan
Yang berstana di Sanggah Kemulan adalah atman sebagai Batara Hyang Guru atau Guru Rupaka.

Lontar Siwa Gama Kemulan
Yang berstana di Sanggah Kemulan adalah Sang Pitara dengan menyebutkan “Kramanta Sang Pitara muliheng batur Kamulannya nguni”.




Jadi Lontar-lontar tersebut menekankan bahwa yang berstana di Sanggah Kemulan adalah Atman atau Pitara atau Sang Hyang Guru (maksudnya Guru Rupaka). Roh-roh suci atau Dewa Hyang atau Batara Batari keluarga itu sendirilah yang distanakan di Kemulan rong tiga dan rong kalih yang disembah oleh keturunan mereka. Yang disembah bukan Tri Murti atau Tri Purusa lagi, karena semua itu sudah menjadi jiwatman yang berasal dari Guru Rupaka. Bukan Batara Guru, tetapi Guru Rupaka keluarga itu. Pada pelinggih Kemulan kita memohon perlindungan dan keselamatan apabila kita akan bepergian jauh. Pada pelinggih Kemulan Rong Tiga dapat dihubungkan dengan ajaran “Tri Rnam”,agar kita selalu ingat dan memuja kebesaran Sang Hyang Widhi yakni tiga hutang manusia yang harus dibayar, yaitu :

  • Hutang kehadapan Sang Hyang Widhi dan semua manifestasinya.
  • Hutang kehadapan Maha Rsi
  • Hutang kehadapan Leluhur

Timbul suatu pertanyaan mengapa kita menyembah roh leluhur yang telah suci? Kita melakukan hal itu, karena tujuan akhir dari kehidupan manusia adalah bersatu dengan yang maha suci. Dewa Pitara yang distanakan di Kemulan itu, oleh karena telah mencapai kedewaan atau alamnya Sanghyang Tri Murti, maka Dewa Pitara itu diidentikkan dengan Sanghyang Tri Murti. Akan tetapi palinggih ini bukan pelinggih Tri Murti. Pengidentikkan ini bisa diterima karena Hindu mempercayai adanya moksa yaitu luluh bersatunya Pitara/Atma dengan Dewa atau Tuhan.

Oleh karena Dewa Pitara itu identik dengan Sanghyang Tri Murti, Dewa Pitara yang berstana di Kamulan juga disebut Bhatara Hyang Guru. Bhatara Hyang Guru di sini adalah Dewa Pitara itu sendiri dan Bhatara Guru adalah Dewa Siwa, dalam fungsi beliau sebagai pendidik umat manusia. Konsep penyatuan sivasiddhanta dalam pelinggih Kemulan Rong Tiga adalah adanya Sekta Siwa, Brahma dan Wisnu karena Dewa Pitara itu identik dengan Sanghyang Tri Murti. Bhatara Guru dalam pelinggih Kemulan Rong Tiga adalah Dewa Siwa, dalam fungsi beliau sebagai pendidik umat manusia

Palinggih Kamulan, Tempat Memuja Sang Hyang Triatma hingga Leluhur
Dalam lontar Usana Dewa disebutkan :

ring kamulan ngaran ida sang hyang atma, ring kamulan tengen bapa ngaran sang paratma, ring kamulan kiwa ibu ngaran sang sivatma,ring kamulan tengah ngaran raganya, tu brahma dadi meme bapa, meraga sang hyang tuduh….” (Rontal Usana Dewa, lembar 4)
Yang artinya :
”Pada sanggah Kamulan beliau bergelar Sang Hyang Atma, pada ruang kamulan KANAN ayah, namanya Sang Hyang Paratma. Pada kamulan KIRI ibu, disebut Sivatma. Pada kamulan ruang TENGAH diri-Nya, itu Brahma, menjadi purusa pradana, berwujud Sang Hyang Tuduh.”

Demikian juga lontar Gong Wesi, kita jumpai kutipan yang hampir sama dengan yang tersurat pada Usana Dewa. Kutipannya adalah sebagai berikut :

….. ngaran ira sang atma ring kamulan tengen bapanta, nga, sang paratma, ring kamulan kiwa ibunta, nga, sang sivatma, ring kamulan madya raganta, atma dadi meme bapa ragane mantuk ring dalem dadi sanghyang tunggal, nungalang raga….” (Rontal Gong Wesi, lembar 4b).
Artinya :
“…… nama beliau sang atma, pada ruang kamulan KANAN bapakmu, yaitu Sang Paratma, pada ruang kamulan KIRI ibumu, yaitu Sang Sivatma, pada ruang kamulan TENGAH adalah menyatu menjadi Sanghyang Tunggal menyatukan wujud”

Jadi di Palinggih Kamulan berstana Sanghyang Triatma yang terdiri dari Paratma, Siwatman dan Atma. Paratma yang diidentikkan sebagai bapak (Purusa) yang terletak di ruang sebelah KANAN. Sanghyang Siwatma yang diidentikkan sebagai ibu (Pradhana) yang terletak di sebelah KIRI.

Dalam Lontar Pitutur Lebur Gangsa dinyatakaan, muwang ngunggahang dewa pitara ring ibu dengen ring kamulan.
Sedangkan dalam Lontar Sang Hyang Lebur Gangsa dinyatakan, muwah banten penyuda mala karahaken pitra ngarania angunggahaken Dewa Pitara ring ibu dengen muang ring Kamulan ngaran.
Atma yang dapat diunggahkan pada Sanggah Kamulan yaitu Atma yang telah disucikan melalui proses upacara Nyekah atau mamukur seperti dinyatakan dalam rontal:

“..iti kramaning ngunggahang pitra ring kamulan, ring wusing anyekah kurung muah mamukur, ri tutug rwa walws dinanya, sawulan pitung dinanya…”.
Artinya:
“…Ini perihalnya naikkan dewa pitara pada Kamulan, setelah upacara nyekah atau mamukur, pada dua belas harinya, atau 42 harinya..”

Dalam Lontar Purwa Bhumi Kamulan juga dijelaskan bahwa yang bersthana di Palinggih Kamulan tidak hanya Sanghyang Triatma. Melainkan juga Atma (roh) para leluhur yang telah disucikan melalui serangkaian upacara Pitra Yadnya dan telah mencapai Siddhidewata yang disebut dengan Dewa Pitara.
“riwus mangkana daksina pangadegan Sang Dewa Pitara, tinuntun akena maring sanggah kamulan, yan lanang unggahakena ring tengen, yan wadon unggahakena maring kiwa, irika mapisan lawan dewahyangnya nguni……” (Purwa Bhumi kamulan, lembar: #).
Yang artinya :
“Setelah demikian daksina perwujudan roh suci dituntun pada Sanghyang Kamulan, kalau semasa hidupnya sebagai laki -laki dinaikkan pada ruang KANAN, Kalau roh suci itu dahulunya perempuan dinaikkan di sebelah KIRI, di sana menyatu dengan leluhurnya terdahulu.”

Dalam Lontar Tatwa Kapatian disebutkan bahwa: sanghyang atma setelah mengalami proses upacara akan bersthana pada sanggah kamulan sesuai dengan kadar kesucian atma itu sendiri. Atma yang masih belum suci, yang hanya baru mendapat “tirthapangentas pendem” atau upacara sementara (ngurug) juga dapat tempat pada Sanggah Kamulan sampai tingkat “batur kamulan”, seperti disebutkan :

Mwah tingkahing wong mati mapendem, wenang mapangentas wau mapendem, phalanya polih lungguh Sang Atma munggwing batur kamulan” (Rontal Tattwa Kapatian, 1a. 1b).

Artinya :
“Dan prihalnya orang mati yang ditanam, harus memakai tirtha pangentas baru diurug, hasilnya mendapatkan tempat Sang Atma pada Batur Kamulan”

Dari penjelasan di atas Palinggih Kamulan adalah Tempat Memuja Sang Hyang Triatma hingga Leluhur.

Post a Comment

Previous Post Next Post