Catur Pramana
Manusia dalam hidupnya wajib untuk selalu belajar mengenali dirinya, lingkungannya, dan Tuhannya dengan berbagai cara sebagaimana yang diajarkan dalam agama Hindu yang disebut dengan istilah Catur Pramāna. Kata Catur Pramāna berasal dari bahasa Sansekerta dari kata Catur dan Prama. Catur artinya empat dan Pramāna artinya pengetahuan yang berlaku dan benar.
Jadi, Catur Pramāna adalah empat kupasan dalam mencari kebenaran. Aliran ini diajarkan oleh filsafat Nyaya tokoh pendirinya adalah Rsi Gautama. Sistem berpikir Nyaya realistis, alat yang dipahami untuk mendapatkan kebenaran disebut Pramāna sedangkan pengetahuan yang berlaku dan benar disebut Prama.
Jenis-jenis Cara Memperoleh Kebenaran
Adapun jenis-jenis cara memperoleh kebenaran tersebut adalah sebagai berikut:
1. Pratyaksa Pramana yaitu cara memperoleh pengetahuan kebenaran melalui pengamatan langsung;
2. Anumana Pramana cara memperoleh pengetahuan yang benar melalui penyimpulan;
3. Upamana Pramana cara memperoleh pengetahuan melalui perbandingan; dan
4. Sabda Pramana/Agama Pramana cara memperoleh pengetahuan kebenaran melalui kitab suci dan penyaksian dari orang suci yang layak dipercaya kebenarannya.
1. Pratyaksa Pramāna
Pratyaksa Pramāna ialah tentang pengamatan secara langsung melalui panca indria dengan obyek yang diamati, sehingga memberi pengetahuan tentang obyek-obyek, sesuai dengan keadaannya.
Pratyaksa Pramāna terdiri dari 2 tingkat pengamatan, yaitu:
a. Nirwikalpa Pratyaksa (pengamatan yang tidak ditentukan) pengamatan terhadap suatu obyek tanpa penilaian, tanpa asosiasi dengan suatu subyek, dan
b. Savikalpa Pratyaksa (pengamatan yang ditentukan atau dibeda-bedakan) pengamatan terhadap suatu obyek dibarengi dengan pengenalan ciri-ciri, sifat-sifat, ukurannya, jenisnya dan juga subyek.
Dengan demikian melalui Savikalpa Pratyaksa memungkinkan kita mendapatkan pengetahuan yang benar. Pengetahuan itu dikatakan benar bila keterangan sifat yang dinyatakan cocok dengan obyek yang diamati. Disamping pengamatan terhadap obyek yang nyata maka Nyaya juga mengajarkan bahwa obyek yang tidak ada maupun yang tidak nyata juga dapat diamati.
2. Anumana Pramāna
Anumana Pramāna ialah ajaran tentang penyimpulan dan merupakan hasil yang diperoleh dengan adanya suatu perantara antara subyek dan obyek, dimana pengamatan langsung dengan indri tidak dapat menyimpulkan hasil dari pengamatan. Perantara merupakan suatu yang sangat berkaitan dengan sifat dari obyek.
Proses, penyimpulan melalui beberapa tahapan, yaitu sebagai berikut:
1) Pratijña, yaitu proses yang pertama: memperkenalkan obyek permasalahan tentang kebenaran pengamatan.
2) Hetu, yaitu proses yang kedua: alasan penyimpulan;
3) Udaharana, adalah proses yang ketiga: menghubungkan dengan aturan umum dengan suatu masalah;
4) Upanaya, yaitu proses yang keempat: pemakaian aturan umum pada kenyataan yang dilihat;
5) Nigamana, yaitu proses yang kelima: berupa penyimpulan yang benar dan pasti dari seluruh proses sebelumnya.
3. Upamāna Pramāna
Upamāna Pramāna merupakan cara pengamatan dengan membandingkan kesamaan-kesamaan yang mungkin terjadi atau terdapat di dalam obyek yang di amati dengan obyek yang sudah ada atau pernah diketahui, dengan melakukan perbandingan-perbandingan, manusia akhirnya percaya adanya Sang Hyang Widhi. Banyak di alam semesta ini dapat dipakai sebagai perbandingan antara satu dengan yang lainnya.
4. Śabda Pramāna (Agami Pramāna)
Sabda Pramāna juga sering disebut sebagai Agami Pramāna adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mendapatkan pengetahuan dengan pemberitahuan, mendengarkan ucapan-ucapan atau mendengarkan cerita-cerita yang wajar dipercaya, karena disampaikan dengan kejujuran, kesucian, dan keluhuran budinya karena orang tersebut adalah para Rsi atau orang-orang suci yang biasanya disebut dengan Laukika Sabda. Disamping itu juga dengan membaca kitab-kitab suci Veda, kita mendapat pengetahuan mengenai adanya Sang Hyang Widhi, dimana dijelaskan ajaran suci mengenai ketuhanan yaitu kebenaran.
Demikian pula mengenai kebesaran Sang Hyang Widhi, dimana alam semesta ini merupakan ciptaan Yang Maha Kuasa yaitu Sang Hyang Widhi, sehingga timbul keyakinan kita Sang Hyang Widhi memang ada dan mempunyai kemampuan yang luar biasa, yang sangat sulit diukur dengan kemampuan manusia, ini yang disebut Vaidika Sabda.
Kesimpulannya kesaksian ini dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:
a. Laukika Sabda adalah kesaksian yang didapat dari orang-orang terpercaya dan kesaksiannya dapat diterima dengan akal sehat;
b. Vaidika Sabda adalah kesaksian yang didasarkan pada naskah-naskah suci Veda Sruti.
Post a Comment